Inkonstitusionalitas Sistem Unbundling dalam Usaha Penyediaan Listrik

Authors

  • Jefri Porkonanta Tarigan Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.31078/jk1519

Keywords:

Listrik, Unbundling, Mahkamah Konstitusi

Abstract


Fungsi negara tidak hanya sebagai regulator (pengatur) dan umpire (wasit), namun juga berfungsi sebagai provider (penyedia) dan entrepreneur (pengusaha). Oleh karena itu, sudah seharusnya negara terlibat langsung dalam usaha penyediaan listrik untuk kepentingan umum bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana amanat Pasal 33 UUD 1945. Usaha penyediaan listrik untuk kepentingan umum dengan unbundling system yaitu terpisahnya antara usaha pembangkitan, transmisi, distribusi, dan penjualan listrik, telah dinyatakan inkonstitusional oleh Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Nomor 001-021-022/PUU-I/2003, bertanggal 15 Desember 2004. Namun kemudian adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 149/PUU-VII/2009, bertanggal 30 Desember 2010, justru dipandang sebagai peluang dibolehkannya kembali sistem unbundling dalam usaha penyediaan listrik sebagaimana ketentuan Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistirkan. Hal tersebut kemudian mendorong diajukannya kembali permohonan pengujian terhadap ketentuan Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009. Melalui Putusan Nomor 111/PUU-XIII/2015, bertanggal 14 Desember 2016, Mahkamah Konstitusi pun menegaskan bahwa unbundling dalam usaha penyediaan tenaga listrik adalah tidak sesuai dengan konstitusi.The function of the state is not only as a regulator and referee, but also serves as provider and entrepreneur. Therefore, the state should be directly involved in the business of electric providing for the public interest to the greatest prosperity of the people as mandated by Article 33 of the 1945 Constitution. The unbundling system in electric providing for the public interest is the separation between the business of generation, transmission, distribution, and sales. The unbundling system has been declared unconstitutional by the Constitutional Court in Decision Number 001-021-022/PUU-I/2003 dated December 15, 2004. However, the decision of the Constitutional Court Number 149/PUU-VII/2009 dated 30 December 2010, is judged as an opportunity to re-enable the unbundling system in the business of electric providing as stipulated in Article 10 paragraph (2) of Law Number 30 Year 2009 about Electricity. It then encourages the re-submission of the petition for judicial review of the provisions of Article 10 paragraph (2) of Law Number 30 Year 2009. Then, through Decision Number 111/PUU-XIII/2015, dated December 14, 2016, the Constitutional Court confirm that unbundling in the business of providing power electricity for public interest is inconstitutional.

References

Dody Susanto, 2012, Wiyata Negara Pancasila, Jakarta: Yayasan Permata Bangsa.
Friedmann, Wolfgang, 1971, The State and the Rule of Law in a Mixed Economy, London: Steven and Son.
Muhaimin, 2015, “Islam dan Welfare State (Sebuah Analisis Perbandingan)”, At-Taradhi Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, http://jurnal.uin-antasari.
ac.id/index.php/taradhi/article/view/711/pdf_33, diunduh 21 Januari 2018.
Nanik Trihastuti, 2013, Hukum Kontrak Karya Pola Kerjasama Pengusahaan Pertambangan di Indonesia, Malang: Setara Press.
Nickel, James W., 1996, Hak Asasi Manusia: Refleksi Filosofis atas Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Soeprapto, 2013, Pancasila, Jakarta: Konstitusi Press.
Suteki, 2013, Hukum dan Alih Teknologi Sebuah Pergulatan Sosiologis, Yogyakarta: Thafa Media.

Jurnal
Jones, Douglas N., 2001, “Regulatory Concepts, Propositions, and Doctrines: Casualties, Survivors, Additions”, Energy Law Journal, Volume 22, Nomor 1, http://eba-net.org/sites/default/files/elj/Energy%20Journals/Vol22_No1_2001_Art_Regulatory%20Concepts,.pdf, diunduh 21 Januari 2018.
Joskow, Paul L., 2003, “The Difficult Transition to Competitive Electricity Markets in the U.S.”, Center for Energy and Environmental Policy Research., https://pdfs.semanticscholar.org/aea1/49593349144e8a338d077e5af6092391a341.pdf, diunduh 21 Januari 2018.
Kroes, Neelie, 2007, “Improving Competition in European Energy Markets Through Effective Unbundling”, Fordham International Law Journal, Volume 31:1387, http://ir.lawnet.fordham.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2119&context=ilj, diunduh 21 Januari 2018.
Lowe, Philip., Ingrida Pucinskaite, William Webster, dan Patrick Lindberg, 2007, “Effective Unbundling of energy Transmission Networks: Lessons from the Energy Sector Inquiry”, Competition Policy Newsletter 2007, European Commission: Number 1 Spring, http://ec.europa.eu/competition/publications/cpn/2007_1_23.pdf, diunduh 21 Januari 2018.
Merino, Rafael, 2013, Liberalisation of the Electricity Industry in the European Union, Islandiae: Haskoli Islands, https://skemman.is/bitstream/1946/13601/1/Liberalisation%20of%20the%20Electricity%20Industry%20in%20the%20European%20Union.pdf, diunduh 21 Januari 2018.

Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistirkan
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 35 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan

Putusan Pengadilan:
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004, bertanggal 19 Juli 2005, pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 008/PUU-III/2005, bertanggal 19 Juli 2005, pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 001-021-022/PUU-I/2003, bertanggal 15 Desember 2004, pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 149/PUU-VII/2009, bertanggal 30 Desember 2010, pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU-X/2012, bertanggal 13 November 2012, pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 111/PUU-XIII/2015, bertanggal 14 Desember 2016, pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan

Berita Internet:
www.beritasatu.com, “Listrik Padam di Nias, Kesepakatan PLN dengan APR Belum Jelas”, http://www.beritasatu.com/nasional/358490-listrik-padam-di-niaskesepakatan-pln-dengan-apr-belum-jelas.html, diakses 28 Desember 2017
www.republika.co.id, “MPR Prihatin Kalimantan Barat Masih Impor Listrik dari Malaysia”, http://www.republika.co.id/berita/mpr-ri/berita-mpr/16/08/04/obdjzf365-mpr-prihatin-kalimantan-barat-masih-impor-listrik-dari-malaysia, diakses 28 Desember 2017

Published

2018-03-29

How to Cite

Tarigan, Jefri Porkonanta. 2018. “Inkonstitusionalitas Sistem Unbundling Dalam Usaha Penyediaan Listrik”. Jurnal Konstitusi 15 (1):185-205. https://doi.org/10.31078/jk1519.

Issue

Section

Articles